Jumat, 23 Oktober 2009

Waspadai Efek Samping obat !!


Obat bisa menyembuhkan, di sisi lain obat juga dapat memberi efek tidak menguntungkan. Setiap konsumen sebaiknya mencatat semua efek samping yang dialami, lalu melaporkannya ke dokter, atau ke apoteker.
Aspirin misalnya, obat pengencer darah ini dapat menyebabkan mual, muntah, rasa panas di dada, gangguan pencernaan, bahkan dapat menimbulkan perdarahan di saluran cerna. Atenolol, obat untuk menurunkan terkanan darah dan irama jantung, bisa menimbulkan efek rasa lelah, irama jantung lambat dan kesulitan bernafas.
Sementara obat jenis Antiplatelet, pencegah serangan jantung dan stroke seperti clopidogrel bisa menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut, sembelit, sakit kepala, gejala seperti flu, nyeri sendi atau punggung.

Mungkin masih banyak efek samping lain yang bisa ditemui. Demikian juga efek samping beberapa jenis obat lain, seperti untuk keluhan sariawan. Seandainya efek samping tersebut belum tertera dalam brosur obat, sebaiknya pasien yang mengalami memberitahukan segera kepada dokter yang meresepkannya.
Efek samping yang sering muncul
  • Efek psikiatrik dan neurologis, berupa : Vertigo, kebingungan, halusinasi, depresi, iritabilitas, insomnia, gangguan penglihatan, agitasi atau gelisah dan mengantuk.
  • Efek pada kulit dan mukosa, berupa : Rambut rontok, gatal, bintik-bintik merah, gatal dan bengkak pada kulit, alergi matahari, ruam dan hematoma (memar).
  • Efek pada sistem pencernaan, berupa : Mual, muntah, diare, sembelit, nyeri perut, gas dalam perut, penyakit kuning dan pendarhan usus.
  • Efek pada endokrin dan ginjal, berupa : Urin berwarna, batu ginjal, sulit kencing, meningkatnya volume payudara, impotensi, gangguan menstruasi dan retensi urin.
Proses penelitian efek obat
Kebanyakan obat didesain untuk menyembuhkan penyakit atau mencegah serangan. Seperti pisau, tak hanya manfaat yang bisa diperoleh, tetapi efek-efek yang mungkin tidak kita harapkan bisa jadi muncul. Karena itu, obat harus melewati siklus panjang sebelum disetujui oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk bisa dikonsumsi masyarakat.
Proses ini meliputi penelitian efek obat terhadap tubuh dari segi penyerapan maupun transportasinya ke berbagai organ tubuh, transformasinya menuju molekul lain (metabolit), dan eliminasi, termasuk di dalamnya penelitian akan efikasi (manfaat) dan toleransinya terhadap tubuh. Selanjutnya, rasio antara manfaat dan risiko akan dihitung dan dianalisis dengan parameter tertentu apakah obat itu bersifat menyembuhkan, hanya mencegah atau keduanya.
Hasilnya, rasio antara manfaat dan risiko ini dibandingkan dengan terapi lain yang ada. Bila hasilnya positif, artinya manfaat lebih banyak dibanding risikonya, barulah obat itu bisa disetujui untuk dipasarkan. Di pasaran pun penelitian masih dilanjutkan. Pada saat ini baru ketahuan efek samping obat yang sedang diuji coba, kejadian-kejadian yang tidak diharapkan akibat konsumsi obat ini dikumpulkan, diidentifikasi apa bentuk dan seberapa sering serta mengenai siapa saja.
Semua keluhan dari pengguna dilaporkan oleh para petugas kesehatan, seperti dokter, perawat, dan apoteker ke perusahaan farmasi yang memproduksinya. Laporan ini akan dianalisis kemudian diinformasikan ke badan pengawas obat dan disebarluaskan melalui label dalam kemasan obat.
Kerapkali terjadi juga beberapa efek samping yang jarang muncul, kelihatan saat obat sudah dikonsumsi. Efek samping juga baru ketahuan ketika banyak orang mengonsumsi obat itu dalam periode cukup lama. Karena itu, penting bagi kita sebagai pasien untuk segera menyampaikan segala keluhan akibat penggunaan obat. Dengan demikian kita membantu pendeteksian efek samping baru, guna mendukung proses penelitian obat ini lebih lanjut.
Ditarik dari pasaran
Proses pengumpulan data berupa keluhan atras efek samping obat beserta analisis disebut pharmacovigiliance. Analisis periodik dan evaluasi yang dibuat tim pharmacovigiliance akan divalidasi oleh badan pengawas obat. Badan ini juga bisa meminta informasi lain yang lebih komplit, terkait dengan efek samping obat yang sedang dipasarkan. Secara teratur, laporan ini akan dilihat kembali dan divalidasi. Tujuan utama seluruh tahap ini, yakni demi keamanan dan perlindungan pasien.
Tidak jarang dalam proses ini, badan pengawas obat menyatakan obat dianggap tidak layak karena efeknya membahayakan, sehingga harus ditarik dari pasaran, meski sudah banyak penggunanya. Karena itu, jangan ragu-ragu menyampaikan keluhan terkait dengan penggunaan obat kepada dokter, apoteker atau langsung ke badan pengawas obat.